RSS
Container Icon

ANTIMIKROBA PADA REMPAH-REMPAH

oleh :
Nita Maria Rosiana

  1. BAWANGPUTIH
a.      Mekanisme
Bawang putih memiliki senyawa antimikroba yang disebut allicin (Buana, 2009). Selain itu allicin juga dapat digunakan sebagai senyawa anti jamur (Lingga, 2005). Senyawa allicin ini dapat merusak dinding sel dan menghambat sintesis protein (poultryindonesia). Bawang putih juga mengandung senyawa alkaloid yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri atau dapat menyebabkan sel bakteri menjadi lisis bila terpapar oleh zat tersebut. Selanjutnya tannin yang juga terkandung dalam ekstrak akan mengganggu sel bakteri dalam penyerapan protein oleh cairan sel. Hal ini dapat terjadi karena tannin menghambat proteolitik yang berperan menguraikan protein menjadi asam amino (Harborne, 1996).
b.      Dosis
Ekstrak air bawang putih dan ekstrak murni bawang putih yang dilarutkan dalam air dengan konsentrasi 75% menunjukkan pembentukan diameter hambat terbesar terhadap Streptococcus yaitu masing-masing sebesar 28,25 mm dan 28,5 mm serta terhadap Clostridium yaitu masing-masing sebesar 27.5 mm dan 27.75 mm. Pada bakteri uji lain, ekstrak bawang putih dengan pelarut air dan ekstrak air bawang putih hanya memberikan pada semua tingkat konsentrasi hanya memberikan ukuran antara 6,5 mm hingga 9.75 mm.

Ektrak murni bawang putih dengan pelarut etanol dan ekstrak etanol bawang putih pada konsentrasi 75 % ternyata menunjukkan diameter hambat yang terbesar pada Clostridium yaitu masing-masing sebesar 27.5 mm dan 23 mm. Pada Streptococcus, kedua jenis ekstrak ini juga masih memberikan diameter hambat yang cukup besar yaitu sebesar masing-masing 19.5 mm. Ekstrak bawang putih dengan pelarut etanol pada konsentrasi 75 % ternyata berpengaruh juga terhadap Pleisomonas, yaitu memberikan diameter hambat sebesar 22,25 mm.

Ekstrak murni bawang putih dengan pelarut air pada konsentrasi 75% memberikan pengaruh pembentukkan diameter hambat yang terbesar terhadap Streptococcus yaitu sebesar 28,5 mm. Secara keseluruhan semua ekstrak bawang putih dengan berbagai pelarut menunjukkan pembentukkan diameter hambat yang relative besar di atas 12,5 mm terhadap Streptococcus. Akan tetapi semua ekstrak dalam berbagai pelarut dan berbagai pengenceran paling menghambat pertumbuhan Clostridium, yang ditunjukkan dengan diameter hambat pada rentang 13.5 mm hingga 27.75 mm (Lingga, 2005).

c.       Jenis Mikroorganisme yang Dapat Dihambat (Lingga, 2005)
-          Staphylococcus aureus
-          Escherichia coli
-           Streptococcus sp
-          Clostridium sp
-          Bacillus sp
-          Erysilopethrix sp
-          Corynebacterium sp
-          Vibrio sp
-          Plesiomonas sp


  1. BAWANG MERAH
  1. Mekanisme
Ekstrak bawang merah mempunyai efek bakterisidal terhadap Staphylococcus aureus dan Shigella dysentriae. Bubuk jahe mempunyai efek bakterisidal terhadap Micrococcus varians, Leuconostoc sp., dan Bacillus subtilis, serta bersifat bakteristatik terhadap Pseudomonas sp. dan Enterobacter aerogenes. Ekstrak bawang putih mentah juga mempunyai aktivitas antimikroba terhadap Escherichia coli, Staphylococcus sp, Proteus vulgaris, Bacillus subtilis, Serratia marcescens, dan Shigella dysentriae (Astawan, 2005).

  1. Dosis
Inulin pada bawang merah pada konsentrasi 437,8 ppm dapat meningkatkan pertumbuhan probiotik Lactobacillus casei strain BIO 251 masing-masing sebesar 48,1%. Sinbiotik yang mengandung ekstrak inulin dari bawang merah dengan konsentrasi minimal 434,8 ppm dapat menghambat pertumbuhan Salmonella thypi yang merupakan salah satu bakteri penyebab diare sebesar 91,4% (Kurniasih, 2009).

  1. Jenis mikroorganisme yang dapat dihambat (Astawan 2005 & Ultee, 1998)
-        Aspergillus flavus
-        A. Parasiticus
-        A. Versicolor
-        A. ochraceus, Candida sp
-        Crytococcus sp.
-        Rhodotorulla sp.
-        Torulopsis sp.
-        Tricosporon sp
-        Staphylococcus aureus
-        Shigella dysentriae
-        Leuconostoc sp.
-        Bacillus subtilis
-        Pseudomonas sp.
-        Enterobacter aerogenes
-        Escherichia coli
-        Proteus vulgaris
-        Serratia marcescens

  1. JAHE
a.                  Mekanisme dan Dosis
 Tanaman jahe memiliki aktivitas hepatoprotektif, antiinflamasi, analgetik dan efek hipoglikemik. ekstrak air memiliki efek antibakteri ditunjukkan dengan zona hambatan E. coli sebesar 12,63 mm dan S. aureus sebesar 12,33 mm, oleoresin tanaman jahe memiliki aktivitas antibakteri terhadap S.aureus dengan KHM 60 ppm dan zona hambat 19 mm. Berdasarkan uji fitokimia jahe memiliki kandungan minyak atsiri, fenol yang larut dalam pelarut etanol, berdasarkan uraian ini dapat diharapkan bahwa ekstrak dari tanaman jahe (Zingiber officinale Rosc) dapat menghambat pertumbuhan dari bakteri Eschercia coli dan Staphylococcus aureus (Mutholib, 2009)

b.                  Jenis mikroorganisme yang dapat dihambat (Anynomous, 2008)
-          Escherichia coli
-          Bacillus subtilis
-          Staphylococcus aureus
-          Neurospora sp
-          Rhizopus sp
-          Penicillium sp

  1. KUNYIT
a.                  Mekanisme
Kunyit mengandung lebih dari satu senyawa yang bersifat bakterisidal. Salah satu senyawa tersebut adalah senyawa kurkumin yang merupakan senyawa golongan fenol yang terdiri dari dua cincin fenol simetris dan dihubungkan dengan satu rantai hiptadiena. Senyawa fenol menghambat pertumbuhan mikroba dengan cara merusak membrane sel yang akan menyebabkan denaturasi protein sel dan mengurangi tekanan permukaan sel (Hidayati, 2002).

b.         Dosis
Hasil yang diperoleh dengan metode Kirby Bauer menunjukkan bahwa hanya ekstrak n-heksan dari kunyit sebesar 500.000 ppm dapat menghambat pertumbuhan semua bakteri uji (E. coli, P. vulgaris, K. oxytoca, P. aeruginosa, E. agglomerans, S. aureus, dan S. epidermidis) setelah inkubasi 48 jam  Hambatan terbesar terjadi pada S. aureus yaitu 11 mm dan hambatan terkecil pada K. pneumoniae yaitu 8,5 mm. Pada ketiga konsentrasi yang diujikan, ekstrak etil asetat tidak dapat menghambat pertumbuhan bakteri uji yang ditandai dengan tidak terbentuknya daerah hambatan. Pada ekstrak etanol konsentrasi 500.000 ppm justru terbentuk daerah pertumbuhan koloni yang terlihat sebagai daerah yang lebih tebal/padat mengelilingi kertas cakram. Hal ini dapat terjadi oleh adanya senyawa polar yang terdapat dalam rimpang kunyit, misalnya mineral, vitamin, dan karbohidrat sederhana) yang tertarik atau terlarut dalam etanol selama proses maserasi. Komponen-komponen tersebut dapat memacu pertumbuhan bakteri pada medium tempat tumbuhnya (Hidayati, 2002).

c.         Jenis mikroorganisme yang dapat dihambat (Hidayati, 2002)
Kunyit bersifat bakterisidal terhadap bakteri gram positif, yaitu
-        Lactobacillus fermentum
-        L. Bulgaricus
-        Bacillus cereus
-        B. Subtilis
-        B. Megaterium
-        P. vulgaris
-         K. oxytoca
-        P. aeruginosa
-        E. agglomerans
-         S. aureus
-        S. epidermidis
-        K. pneumoniae

  1. LENGKUAS
a.                  Mekanisme
Lengkuas mengandung minyak atsiri yang aktif sebagai antibakteri pada umumnya mengandung gugus fungsi hidroksil (-OH) dan karbonil. Turunan fenol berinteraksi dengan sel bakteri melalui proses adsorpsi yang melibatkan ikatan hidrogen. Pada kadar rendah terbentuk kompleks protein fenol dengan ikatan yang lemah dan segera mengalami peruraian, diikuti penetrasi fenol ke dalam sel dan menyebabkan presipitasi serta denaturasi protein. Pada kadar tinggi fenol menyebabkan koagulasi protein dan sel membran mengalami lisis (Parwata, 2008).

b.                  Dosis
Minyak atsiri pada lengkuas dengan konsentrasi 100 ppm belum dapat menghambat pertumbuhan bakteri S. aureus, tapi mampu menghambat pertumbuhan bakteri E. coli dengan diameter daerah hambatan 7 mm. Konsentrasi minyak atsiri pada 1000 ppm dapat menghambat pertumbuhan kedua bakteri yang diuji yaitu bakteri E. coli dan S. aureus dengan diameter daerah hambatan masing-masing 9 mm dan 7 mm (Parwata, 2008).

c.         Jenis mikroorganisme yang dapat dihambat (Parwata,2008)
-          Escherecia coli
-          Staphylococcus aureus
-          Rhizopus sp.
-          Penicillium sp
-          Neurospora sp.

  1. CABAI MERAH
a.                  Mekanisme
Ekstrak etanol dari ketiga cabe (cabai besar, cabai keriting, cabai rawit) yang diuji menunjukkan aktivitas penghambatan pertumbuhan terbesar terhadap Staphylococcus aureus, Bacillus subtilis, Sarcina lutea dan Escherichia coli, serta terhadap fungi Candida albicans, dengan potensi yang relatif tidak berbeda. Ekstrak cabe besar dan cabe rawit menunjukkan aktivitasnya terhadap Pseudomonas aeruginosa, sedangkan cabe keriting tidak. Terhapa Aspergilius niger dan Microsporum gypseum, ketiga ekstrak tidak menunjukkan aktivitas. Dengan metode bioautografi, terlihat bahwa kapsaisin merupakan senyawa utama yang bertanggung jawab terhadap aktivitas antimikroba (Sylvia, 1996).

b.                  Dosis
Tiga konsentrasi cabai merah (20%, 40% dan 60%) dalam bumbu rendang efektif menghambat pertumbuhan baik flora mikroba ke-3 sistem pangan maupun B.cereus selama 6 jam. Perpanjangan waktu kontak hingga 24 jam menyebabkan peningkatan jumlah mikroba, hanya konsentrasi cabai merah sebesar 60% yang masih efektif menghambat (Fardiaz, 2000).

c.                   Jenis mikroorganisme yang dapat dihambat (Sylvia, 1996)
-        Staphylococcus aureus
-        Bacillus subtili
-        Sarcina lutea
-        Escherichia coli
-        Candida albicans

  1. CENGKEH
Uji daya antibakteri minyak atsiri ki cengkeh terhadap 3 isolat bekteri (S. Aureus, S. Epidermis, E. Coli) dilakukan pada konsentrasi 50% dan 100%. Hasil uji menunjukkan bahwa minyak atsiri ki cengkeh membentuk diameter daerah hambat pada 3 isolat bakteri tersebut. DDH yang terbesar terdapat pada bekteri S. Epidermis, sedangkan DDH yang terkecil adalah pada E. Coli. Meningkatnya konsentrasi minyak atsiri juga meningkatkan DDH yang terbentuk (Praptiwi, 2002).





DAFTAR PUSTAKA

Anynomous b, 2008. Efek Antibakteri Ekstrak Jahe (Zingiber officinale roxb.) dalam Menghambat Pertumbuhan Koloni Bakteri Escherichia coli dan Bacillus subtilis, http://otetatsuya.wordpress.com/2008/12/24/efek-antibakteri-ekstrak-jahe-zingiber-officinale-roxb-dalam-menghambat-pertumbuhan-koloni-bakteri-escherichia-coli-dan-bacillus-subtilis/ diakses 31 Maret 2010


Astawan, 2005. Makan Rendang Dapat Protein dan Mineral ! http://web.ipb.ac.id/~tpg/de/pubde_ntrtnhlth_rendang.php, diakses 2 April 2010.

Buana, Rika Fithri Nurani. 2009. Daya Antibakteri Ekstrak Bawang Putih (Allium Sativum) dalam Menghambat Pertumbuhan Staphylococcus Aureus Dan Escherichia Coli Pada Daging Sapi. Skripsi Program Studi Mikrobiologi SITH ITB.

Fardiaz, Srikandi. 2000. Kajian Manfaat Antimikroba Dan Antioksidan Bumbu-Bumbu Masakan Tradisional Indonesia Dan Peningkatkan Fungsinya Untuk Menjamin Mutu Dan Keamanan Makanan Tradisional. Penelitian IPB

Harborne. 1996. Metode Fitokimia : Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan.
Terbitan Kedua. Penerbit ITB : Bandung

Kurniasih, Nunung. 2009. Ekstraksi Inulin dari Bawang Merah (Allium cepa) dan Uji Bioaktivitasnya Sebagai Komponen Sinbiotik Bersama Lactobacillus casei strain Bio 251 Terhadap Bakteri Penyebab Diare. Thesis S2 Kimia ITS

Lingga, Martha Elseina & Mia Miranti Rustana. 2005. Uji Aktivitas Antibakteri Dari Ekstrak Air dan Etanol Bawang Putih (Allium sativum L.) Terhadap Bakteri Gram Negatif Dan Gram Positif yang Diisolasi dari Udang Dogol (Metapenaeus monoceros), Udang Lobster (Panulirus sp), dan Udang Rebon (Mysis Dan Acetes). Jurnal Universitas Padjadjaran. http://pustaka.unpad.ac.id/wp content/uploads/2009/12/uji_aktivitas_antibakteri.pdf, diakses 31 Maret 2010


Parwata, I M. Oka Adi & P. Fanny Sastra Dewi, 2008. Isolasi dan Uji Aktivitas Antibakteri Minyak Atsiri dari Rimpang Lengkuas (Alpinia galanga L.). Jurnal Kimia 2 (2), Juli 2008 : 100-104

Poultryindonesia. Bawang Putih, Alternatif Suplemen Antimikroba Ayam Pedaging. http://www.poultryindonesia.com/modules.php?name=News&file=article&sid=1017. diakses tanggal 31 Maret 2010

Praptiwi, Yuliasri Jaenal dan Tri Murningsih. 2002. Komponen Kimia dan Uji Antibakteri Minyak Atsiri Daun Ki Cengkeh (Urophyllum arboreun). Berita Biologi, Volume 6, Nomor 3. Desember 2002.

Sylvia, 1996. Telaah Fitokimia Ekstrak Etanol Buah Cabe dan Uji Aktivitasnya sebagai Antimikroba. Skripsi Sekolah Farmasi ITB

Ultee A, Gorris LGM, Smid EJ. 1998. Bacterial Activity of Carvacrol Toward The Food-Borne Pathogen Bacillus cereus.  J. Appl. Microbiol : 213-218.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Post a Comment