RSS
Container Icon

Motivasi Kepemimpinan (dulunya ini tugas kuliah)

BAB I
PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG
            Motivasi merupakan keinginan untuk melakukan sebagai kesediaan untuk mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi untuk tujuan-tujuan organisasi, yang dikondisikan oleh kemampuan upaya itu untuk memenuhi suatu kebutuhan individual. Motivasi dibutuhkan dalam dunia organisasi ini karena kebutuhan manusia yang tidak hanya bersifat materi tetapi psikologi, tidak ada titik jenuh dalam pemuasan kebutuhan manusia, perbedaan karaterisitikindividu dalam organisasi mengakibatkan tidak ada satu pun teknik motivasi yang sama efektifnya untuk semua orang dalam organisasi juga untuk seseorang pada waktu dan kondisi yang berbeda-beda.
            Motivasi yang dilakukan oleh seorang pemimpin akan berpengaruh kepada anggotanya dalam semangat bekerja untuk tercapainya kesuksesan suatu kegiatan sehingga tercapainya suatu kepuasan. Hal ini merupakan salah satu langkah untuk meningkatkan produktivitas kerja dalam suatu organisasi.

I.2 TUJUAN
Mengetahui pentingnya motivasi dalam suatu organisasi yang dilakukan oleh pemimpin dari organisasi tersebut.











BAB II
PEMBAHASAN


II.1 MOTIVASI
Motivasi adalah perpaduan antara keinginan dan energi untuk mencapai tujuan tertentu. Memengaruhi motivasi seseorang berarti membuat orang tersebut melakukan apa yang kita inginkan. Karena fungsi utama dari kepemimpinan adalah untuk memimpin, maka kemampuan untuk memengaruhi orang adalah hal yang penting (Engelbert, 2008).
II.1.1 Prinsip Dasar Motivasi
Penelitian Kenneth Gangel, dalam bukunya "Competent to Lead", menunjukkan bahwa orang tidak termotivasi untuk bekerja lebih baik, karena dia mendapat gaji yang lebih tinggi atau tunjangan yang lebih banyak.
Motivasi adalah suatu fenomena psikologis, sehingga kita perlu mengetahui pendapat dari para psikolog. Mungo Miller, pimpinan Affiliated Psychological Services, mencetuskan enam prinsip umum motivasi sebagaimana di bawah ini (Engelbert, 2008):
  1. Motivasi adalah proses psikologis, atau lebih tepatnya proses emosional, bukan logis.
  2. Motivasi pada dasarnya adalah proses yang tidak kita sadari. Tindakan yang kita atau orang lain lakukan mungkin saja tampak tidak logis, namun bagi orang yang melakukannya, tindakannya tampak wajar dan masuk akal.
  3. Motivasi bersifat individual. Tingkah laku seseorang bersumber dari dirinya sendiri.
  4. Motivasi tiap orang berbeda, begitu juga setiap individu bervariasi dari waktu ke waktu.
  5. Motivasi adalah proses sosial. Tak dapat diingkari, bahwa terpenuhi atau tidaknya kebutuhan kita tergantung dari orang lain.
  6. Dalam tindakan sehari-hari, kita dipandu oleh kebiasaan yang bersumber dari motivasional di masa lalu.
II.1.2 Pendorong Motivasi
Motivasi seseorang sering kali dipengaruhi oleh dua hal berikut (Engelbert, 2008):
  1. Seberapa mendesaknya suatu kebutuhan. Misalnya, kita merasa lapar, namun harus menyelesaikan satu tugas dengan segera. Kalau kita merasa sangat lapar, kita akan makan. Tapi bila kita hanya sedikit merasa lapar, kita akan memilih untuk menyelesaikan tugas.
  2. Anggapan bahwa suatu tindakan akan memenuhi suatu kebutuhan. Misalnya, ada dua kebutuhan yang mendesak -- keinginan untuk menyelesaikan tugas atau makan. Persepsi tentang bagaimana kita memandang dua kebutuhan tersebut sangat menentukan mana yang akan diprioritaskan. Kalau kita berpikir bahwa kita bisa dipecat karena tugas tidak selesai, kita akan mengorbankan waktu makan siang untuk mengerjakannya. Sebaliknya, jika kita merasa tidak akan mendapat masalah walaupun pekerjaan itu tidak selesai, kita akan pergi untuk makan siang.
Orang dapat termotivasi karena kepercayaan, nilai, minat, rasa takut, dan sebagainya. Diantaranya adalah faktor internal seperti kebutuhan, minat, dan kepercayaan. Faktor lainnya adalah faktor eksternal, misalnya bahaya, lingkungan, atau tekanan dari orang yang dikasihi. Tak ada proses yang mudah dalam motivasi -- kita harus selalu terbuka dalam memandang orang lain (Engelbert, 2008).
     
      II.1.3 Unsur-unsur Motivasi
                        Menurut Agung (2010), unsur-unsur motivasi antara lain:
  1. Tujuan
Manusia adalah makhluk bertujuan, meski tidak ada manusia yang mempunyai tujuan yang benar-benar sama. Demikian juga sama halnya dengan organisasi. Idealnya semua manusia organisasional memiliki motivasi tinggi dan ada kesadaran dalam diri mereka bahwa tujuan organisasi adalah bagian dari tugas keorganisasian dan juga tujuan hidupnya. Manusia organisasional yang memiliki motivasi tinggi senantiasa sadar bahwa antara tujuan dirinya dengan tujuan organisasi sama sekali tidak terpisahkan atau kalaupun terpisah, tidak terlalu senjang. Sadar bahwa dia membutuhkan organisasi, dan sadar pula bahwa organisasi membutuhkan dirinya.
2.  Kekuatan dari Dalam Diri Individu
Manusia adalah insan yang memiliki energi, apakah itu energi fisik, otak, mental dan spiritual dalam arti luas. Kekuatan ini berakumulasi dan menjelma dalam bentuk dorongan batin seseorang untuk melakukan sesuatu dengan baik dan benar. Manusia organisasional bekerja dalam organisasi semata-mata karena rasa terpanggil untuk berbuat, tanpa mengingkari ada maksud-maksud yang ingin dicapai dari pekerjaan itu. Perilaku atau perbuatan sehari-hari dari manusia semacam ini berlangsung secara rutin, sengaja dan bersahaja.
3.  Keuntungan
Manusia bekerja ingin mendapatkan keuntungan adalah manusiawi, meski harus dihindari sikap yang hanya ingin bekerja manakala ada keuntungan langsung (direct profit) yang akan diperolehnya. Rasa dekat terhadap kebutuhan, keinginan memperoleh imbalan, rasa ingin meningkatkan diri dan seperangkat keinginan mencari keuntungan adalah bagian yang tidak terpisahkan dari keseluruhan aktivitas manusia. Namun keinginan untuk                         mendapatkan keuntungan ini akan menjadi bahaya bagi manusia organisasional, jika dia bekerja semata-mata karena dilihat dari dimensi untung-ruginya saja.

      II.1.4 Tipe-tipe Motivasi
Secara umum motivasi dapat diklasifikasikan ke dalam empat (4) jenis (Agung, 2010):
  1. Motivasi Positif
“Bekerjalah dengan baik! Kalau nanti target keuntungan tercapai, anda akan diberi bonus.” Statement ini merupakan bentuk nyata dari inisiatif membangkitkan manusia untuk mencari keuntungan-keuntungan tertentu. Manusia bekerja di dalam organisasi jika dia merasakan bahwa setiap upaya yang dilakukannya akan memberikan keuntungan tertentu. Dengan demikian, motivasi positif merupakan proses pemberian motivasi di mana hal itu diarahkan pada usaha untuk mempengaruhi orang lain agar dia bekerja secara baik dan antusias dengan cara memberikan keuntungan tertentu kepadanya.
Contoh Motivasi Positif: Imbalan yang menarik, informasi tentang pekerjaan, kedudukan/jabatan, kondisi kerja, pemberian tugas berikut tanggung jawabnya, pemberian kesempatan untuk tumbuh dan berkembang.
  1. Motivasi Negatif
“Siapa saja yang sering terlambat datang atau sering membolos, akan dipotong gajinya.Dengan perilaku seperti itu, jangan berharap anda akan dipromosikan.” Ini merupakan contoh motivasi negatif. Motivasi negatif sering dikatakan sebagai motivasi yang bersumber dari rasa takut, misalnya, Jika anda tidak bekerja akan muncul rasa takut dikeluarkan, takut tidak diberi gaji, dan takut dijauhi oleh rekan kerja.
Motivasi negatif yang berlebihan akan membuat organisasi tidak mampu mencapai tujuan. Personalia organisasi menjadi tidak kreatif, serba takut, dan serba terbatas geraknya.
  1. Motivasi dari Dalam
“Saya bekerja karena terpanggil untuk itu! Ada atau tidak ada pimpinan di tempat, saya akan tetap bekerja sesuai dengan target dan tanggung jawab saya!” Statement ini mencerminkan kuatnya motivasi dari dalam yang terkandung pada diri karyawan. Motivasi dari dalam timbul pada diri pekerja waktu dia menjalankan tugas-tugas atau pekerjaan dan bersumber dari dalam diri pekerja itu sendiri. Dengan demikian berarti juga bahwa kesenangan pekerja muncul pada waktu dia bekerja dan dia sendiri menyenangi pekerjaan itu. Manusia seperti ini jarang cingcong  atau menggerutu. Baginya bekerja adalah suatu kewajiban, bagaikan makan sebagai kebutuhan.
  1. Motivasi dari Luar
Motivasi dari luar adalah motivasi yang muncul sebagai akibat adanya pengaruh yang ada di luar pekerjaan dan dari luar diri pekerja itu sendiri. Motivasi dari luar biasanya dikaitkan dengan imbalan.
Contoh: Kesehatan, kesempatan cuti, program rekreasi perusahaan,dll.
II.1.5 Menjadi Motivator yang Baik
Adalah penting bagi seorang pemimpin untuk mengetahui bagaimana cara memotivasi karyawannya. MM Feinberg menjabarkan beberapa tindakan yang tidak memotivasi orang lain (Engelbert, 2008):
  1. Meremehkan bawahan. Tindakan ini bisa membunuh rasa percaya diri dan inisiatif karyawan.
  2. Mengkritik karyawan di depan karyawan lain. Tindakan ini pun bisa merusak hubungan yang sudah terbina baik.
  3. Memberi perhatian setengah-setengah atau tidak memerhatikan karyawan. Kalau seorang pemimpin tidak memedulikan karyawannya, maka rasa percaya dirinya akan luntur.
  4. Memerhatikan diri sendiri. Pemimpin yang seperti ini dianggap egois dan hanya memanipulasi karyawan untuk kepentingannya sendiri.
  5. Menganak emaskan seorang karyawan. Tindakan ini sebaiknya juga tidak dilakukan, karena bisa merusak moral karyawan lain.
  6. Tidak mendorong karyawan untuk berkembang. Kalau karyawan merasa bahwa bos juga ikut berjuang bersama, mereka akan sangat termotivasi. Informasikan kesempatan yang ada dan jangan pernah mengekang minat para karyawan.
  7. Tidak memedulikan hal-hal kecil. Apa yang nampaknya kecil bagi Anda, mungkin saja sangat penting untuk karyawan.
  8. Merendahkan karyawan yang kurang terampil. Seorang pemimpin memang wajib menolerir ketidakmampuan karyawannya, namun harus hati-hati dalam menangani permasalahan yang ditimbulkan agar tidak sampai mempermalukan karyawannya.
  9. Ragu-ragu dalam mengambil keputusan. Atasan yang ragu-ragu mengakibatkan kebimbangan di seluruh organisasi.
Sesungguhnya, cara yang paling baik untuk memotivasi karyawan adalah melibatkan mereka dalam proses pengambilan keputusan. Saran, rekomendasi, dan kritik adalah pendorong yang paling efektif dan sangat memotivasi organisasi yang berani menerapkannya.

II.2 KEPEMIMPINAN
Kepemimpinan adalah serangkaian upaya dari pemimpin dalam mempengaruhi dan menggerakkan bawahannya sedemikian rupa sehingga para bawahannya dapat bekerja dengan baik, bersemangat tinggi, dan mempunyai disiplin serta tanggung jawab yang tinggi pula terhadap atasan (Parlinda, 2009). Indikatornya adalah:
(1) kejelasan pimpinan dalam memberi perintah;
(2) pandai membaca situasi dan peka terhadap saran dan masukan;
(3) pemberian penghargaan, teguran maupun ujian;
(4) tinggi rendahnya tingkat kreativitas pimpinan dalam menciptakan suasana lingkungan kerja yang baik;
(5) menciptakan disiplin diri dan disiplin kelompok; dan
(6) kesediaan pihak atas dalam memberikan bimbingan, pengarahan, maupun contoh-contoh kepada bawahan.

II.2.1 Pemimpin yang Baik
Beberapa dekade yang lalu kekuasaan dan posisi sangat berpengaruh terhadap seorang pemimpin. Namun, dewasa ini seorang pemimpin tidak dapat menuntut bawahan untuk menghormati dan menghargai mereka. Penghormatan dan penghargaan tersebut harus diperoleh. Kepemimpinan saat ini, lebih dari kapan pun, merupakan proses dua arah antara pemimpin dan yang dipimpin. Pada akhirnya, tanpa bawahan yang mempunyai kemauan, pemimpin tidak dapat memimpin (Sulastiana, 2008).
Kepemimpinan sangat mempengaruhi produktivitas sebuah organisasi. Kepemimpinan yang buruk akan mengakibatkan (Sulastiana, 2008):
1.      Kelompok tidak mengerti apa yang harus dikerjakan. Waktu dan sumber daya dapat terbuang percuma, dan pekerjaan pun tidak dilaksanakan dengan sempurna.
2.      Kelompok tidak termotivasi. Memerlukan waktu yang lebih lama untuk menyelesaikan suatu tugas, atau bahkan tidak dapat menyelessaikannya sama sekali.
3.      Individu tidak bekerja sebagai tim dan tidak tidak berinteraksi sebagai suatu kelompok.
4.      Kemungkinan kelompok akan berusaha minimal untuk menyelesaikan suatu tugas, dan tidak dapat bertahan jika bekerja dalam tekanan.
5.      Turn over anggota kelompok akan lebih sering karena mereka tidak mau bertahan dalam lingkungan tersebut.
6.      Individu tidak akan mengembangkan keahlian yang diperlukan. Oleh karena itu, kelompok ini tidak akan dapat menghadapi situasi baru.

Sebaliknya, kepemimpinan yang baik akan dapat mengakibatkan (Sulastiana, 2008):
1.      Kelompok bekerja sebagai tim, tidak sebagai individu di dalam kelompok. Mereka bekerja untuk tujuan kelompok.
2.      Tim dapat memahami tujuan-tujuan kelompok dan bagaimana mereka dapat menyesuaikan tujuan kelompok tersebut dengan tujuan-tujuan organisasi.
3.      Anggota tim saling mendukung satu sama lain.
4.      Tim bersedia memberikan usaha lebih saat dibutuhkan.
5.      Tim menetapkan target pekerjaan yang sempurna, tidak hanya ‘melakukan pekerjaan’.
6.      Setiap individu tahu apa yang harus dikerjakan oleh tim, dan peran masing-masing individu dalam melakukan pekerjaan tersebut.
7.      Anggota tim bermotivasi untuk melakukan tugas seefektif mungkin.
8.      Tugas spesifik di dalam pekerjaan keseluruhan ditugaskan kepada anggota tim yang paling berkemampuan.
Agar dapat menjadi seorang pemimpin yang baik, terdapat beberapa kualitas yang harus dimiliki, yaitu (Sulastiana, 2008):
1.      Enthusiasm
2.      Integrity, baik pribadi keseluruhan dan konsisten pada nilai diluar diri sendiri, terutama kebaikan & kejujuran. Kualitas ini menimbulkan kepercayaan kepada pemimpin.
3.      Toughness, tangguh, ulet, memiliki standar tinggi dengan tujuan agar disegani, namun tidak harus popular.
4.      Fairness, memberi reward dan penalty terhadap performa kerja tanpa ada ‘favorite’, memperlakukan individu berbeda tapi seimbang.
5.      Warmth, hati dan pikiran terikat, menyayangi orang lain, serta kepedulian
terhadap orang lain.
6.      Humility, kebalikan dari angkuh, menjadi pendengar yang baik dan tanpa ego yang berlebihan.
7.      Confidence, tidak percaya diri berlebihan (yang biasanya dapat menujupada arogansi), tapi tetap memiliki kepercayaan diri.

II.2.2 Pemimpin yang Memotivasi
Ada tiga hal yang membuat roda dunia terus berputar yaitu : adanya ide yang cemerlang, mengajak orang – orang untuk menyukainya, serta membuat ide itu berjalan lancar. Anda pasti telah mengerti makna dari ide. Ide muncul dari cara berpikir yang positif, visi yang luas serta penyusunan target. Anda pasti juga sudah mengetahui pentingnya orang lain. Dengan Anda dapat berkomunikasi kepada orang lain, bukan berarti Anda pasti bisa meyakinkan mereka untuk menyukai ide – ide Anda. Disinilah kemampuan untuk memotivasi orang lain memegang peranan penting. Motivasi adalah suatu seni mengajak orang lain untuk melakukan apa yang kita inginkan karena mereka ingin melakukannya. Tidak seorang pun bisa menjadi pemimpin yang hebat bila segalanya dikerjakan seorang diri atau karena ingin mendapatkan sekedar pujian (Susanto, 2008).

II.3 KEPEMIMPINAN DAN MOTIVASI
Kepemimpinan dan motivasi merupakan dua hal yang berbeda, meski memiliki tautan dalam konteks kerja dan interaksi antar-manusia organisasional. Keith Davis mengemukakan bahwa tanpa kepemimpinan, organisasi hanya merupakan kelompok manusia yang kacau, tidak teratur, dan tidak akan dapat melahirkan perilaku bertujuan. Kepemimpinan adalah faktor manusiawi yang mengikat suatu kelompok bersama dan memberinya motivasi menuju tujuan-tujuan tertentu, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Ini berarti antara kepemimpinan dengan motivasi memiliki ikatan yang kuat (Agung, 2010).
Dari rumusan tadi, keterkaitan antara kepemimpinan dengan motivasi dapat dianalisis sebagai berikut (Agung, 2010):
1.      Tanpa kepemimpinan, organisasi tidak lain adalah sekelompok manusia yang kacau
Manusia organisasional, baik dalam kapasitas masing-masing dan terutama sebagai anggota kelompok, dituntut dapat memacu upaya pencapaian tujuan organisasi yang sekaligus bagian dari tujuan dirinya. Kehadiran pemimpin memungkinkan manusia organisasional dimotivasi untuk dapat bekerja secara efektif dan efisien. Kelompok dengan sistem yang kurang padu dapat menurunkan produktifitas organisasi. Atas dasar itu, manusia organisasi perlu diarahkan dan dimotivasi oleh pemimpinnya agar dapat bekerja secara efektif dan efisien, dengan akuntabilitas tertentu.
2.           Kepemimpinan berkaitan dengan kepengikutan
Kepengikutan (followership) adalah bagian yang paling  dalam usaha melahirkan perilaku organisasi yang sesungguhnya. Bahkan ada yang mengatakan bahwa pada hakikatnya kepemimpinan adalah kepengikutan (leadership is follower). Istilah ini adakalanya diberi makna luas, bahwa pemimpin yang baik dihasilkan dari pengikut yang baik. Manusia pengikut di sini tidak dapat dipersepsi sebagai robot, melainkan mereka adalah manusia biasa yang memiliki perasaan, kebutuhan, harapan, dan aspek manusiawi lainnya. Tanpa pemahaman terhadap aspek-aspek manusiawi yang dipimpin, kepemimpinan akan gagal.
3.           Kepemimpinan mengandung arti kemampuan memotivasi.
Kompetensi bawahan antara lain tercermin dari motivasi kerjanya. Dia bekerja disebabkan oleh dua kemungkinan, yaitu benar-benar terpanggil untuk berbuat atau karena diharuskan untuk melakukan tugas-tugas itu. Banyak faktor yang mempengaruhi motivasi manusia dalam bekerja, antara lain bahwa manusia mempunyai seperangkat kebutuhan, mulai dari kebutuhan yang paling dasar (biologis) sampai kepada taraf kebutuhan paling tinggi, aktualisasi diri. Salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi kerja seseorang adalah gaya kepemimpinan. Dengan demikian, kepemimpinan dapat pula berarti kemampuan memberi motivasi kepada bawahan.

II.4 STUDI KASUS
            Dalam kehidupan berorganisasi aspek motivasi kerja mutlak mendapat perhatian serius dari para pemimpinnya. Motivasi ini dilakukan untuk meningkatkan gairah kerja anggota sehingga dapat mencapai hasil yang dikehendaki oleh manajemen. Hubungan motivasi, gairah kerja dan hasil optimal mempunyai bentuk linier dalam arti dengan pemberian motivasi kerja yang baik, maka gairah kerja anggota akan meningkat dan hasil kerja akan optimal sesuai dengan stnadar kinerja yang ditetapkan.
            Muchammad Budi Irawan adalah mahasiswa THP 2008 yang menjabat sebagai Wakil Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian. Iwan, nama panggilan beliau merupakan sosok pemimpin ideal. Tipe kepemimpinan yang dianut adalah demokratis, di mana pendapat anggota selalu menjadi bahan pertimbangan untuk mengambil keputusan. Iwan tidak pernah bertindak diktaktor kecuali kepada anggota yang tidak aktif dalam bekerja.
            Dalam organisasi BEM pun tidak luput dari permasalahan yang membutuhkan motivasi dari pemimpinnya. Ketika di awal kepemimpinan Iwan, terjadi suatu kesalahpahaman diantara dua anggota yang sangat berpengaruh terhadap keberlangsungan organisasi tersebut karena dua orang anggota ini dapat dikatakan sebagai anggota aktif yang menduduki jabatan cukup penting.
            Langkah motivasi yang dilakukan Iwan adalah dengan pendekatan personal di mana Iwan mendengarkan permasalahan dari dua orang anggota tersebut sehingga beliau dapat menyimpulkan langkah yang dapat diambil. Saat pendekatan tersebut selain Iwan memberikan solusi permasalahan, Iwan juga memberikan motivasi sehingga dua orang anggota ini dapat mengerti posisi masing-masing.
Tidak hanya memberikan motivasi ketika ada permasalahan, tetapi Iwan sering memberikan motivasi kepada anggotanya ketika akan memulai suatu kegiatan yang bertujuan untuk memberikan semangat. Hal ini efektif untuk meningkatkan gairah kerja anggota sehingga setiap kegiatan mencapai kesuksesan.





























BAB III
KESIMPULAN

III.1 Kesimpulan
  • Kepemimpinan tidak mungkin berlangsung tanpa ada upaya memotivasi bawahan/orang lain. Dalam artian pihak lain/bawahan dapat patuh mengikuti apa kata sang pemimpin, hanya jika sang pemimpin mampu mendorong atau memotivasi mereka sehingga mereka (bawahan/rekan) dapat terdorong untuk melakukan suatu tindakan yang terarah pada tujuan bersama.
  • Untuk menjadi seorang pemimpin yang baik, kita perlu menggunakan”pikiran”, menunjukkan “hati”, dan bertindak dengan penuh keberanian.
  • Motivasi dapat terbagi ke dalam empat jenis yaitu motivasi positif, ngeatif, dari dalam dan dari luar.

III.2 Pendapat Kelompok
  • Dalam hubungannya dengan motivasi, kepemimpinan sangat berpengaruh terhadap penciptaan lingkungan kelompok yang kondusif agar dapat memotivasi anggota-anggotanya. Agar dapat menginspirasi individu untuk memotivasi dirinya sendiri, seorang pemimpin perlu memahami kebutuhan dan keinginan individu tersebut. Lingkungan kondusif yang dapat memotivasi sangat penting, karena motivasi setiap individu akan berkorelasi langsung dengan produktivitas.
  • Pada saat menginspirasi anggota kelompoknya, seorang pemimpin sedang mengubah cara berpikir mereka, sedangkan pada saat memotivasi, pemimpin sedang mengubah cara bertindak. Sehingga inspirasi dan motivasi menjadi hak setiap individu dari pemimpinnya. Dua hal ini saling melengkapi untuk membentuk pribadi yang mampu berpikir dan bertindak arif.
  • Namun, cara memotivasi harus memperhatikan karaterisitik, waktu dan kondisi yang sedang terjadi di suatu organisasi
DAFTAR PUSTAKA


Agung. 2010. Motivasi (Unsur, Tipe, dan Tautannya dengan Kepemipinan). http://agungpia.multiply.com/journal/item/62/Motivasi_Unsur_Tipe_dan_Tautannya_dengan_Kepemimpinan. Diakses 22 Maret 2011.
Sulastiana, Mariana. 2008. Kepemimpinan Melalui Motivasi. http:// pustaka.unpad.ac.id/wp.../12/kepemimpinan_melalui_motivasi.pdf. Diakses 19 Maret 2011.
Engelbert, Hendrik. 2008. Motivasi dan Kepemimpinan. http:// hengelbert.multiply.com/journal/item/126. Diakses 10 Maret 2011.
Parlinda, Vera dan M. Wahyuddin. 2009. Pengaruh Kepemimpinan, Motivasi, Pelatihan dan Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan pada Perusahaan Daerah Air Minum Kota Surakarta. http:// eprints.ums.ac.id/832/1/Artikel_6_Vera_P,_2.pdf. Diakses 19 Maret 2011.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Post a Comment